JAZZ SEBAGAI GAYA HIDUP

 

Oleh Ringga Hardika

  

ABSTRAK

Perkembangan musik di Nusantara mengalami perkembangan yang dapat dinilai cukup pesat dimulai ketika era kedatangan para pelayar dari lintas benua khususnya Benua Eropa. Musik yang dulunya didominasi oleh musik yang bersifat kedaerahan dan etnik tradisional lokal mendapat “invasi” budaya dari para pendatang.

Musik klasik sudah diperkenalkan di Indonesia oleh Belanda sekitar abad ke-18. Namun hal pendukung lainnya seperti alat musik sudah diperkenalkan terlebih dahulu oleh bangsa Portugis sebelumnya. Musik Eropa ini masih bersifat eksklusif pada masa itu. Terbatas untuk didengarkan oleh para petinggi dan pejabat di Nusantara maupun Belanda (whiteboardjournal.com).

Pada era musik Barat di Indonesia ini (abad ke-18) teknologi dan area konser masih sangat terbatas. Tentu saja membuat pendengar musik pun ikut terbatas. Itu sebabnya hanya kalangan tertentu saja yang memiliki kesempatan mendengarkan musik-musik Barat.

Memasuki awal abad 20 musik pun bertambah variasinya. Musik jazz mulai memasuki Kawasan Nusantara pada tahun 1900-an. Awalnya musik jazz dimainkan oleh musisi-musisi jazz dari Prancis di sebuah kelab di Batavia pada tahun 1919 dan tercatat sebagai musik jazz yang pertama kali dimainkan di Indonesia (Hindia-Belanda pada masa itu).

Tidak lama kemudian jazz dimainkan sekaligus diperkenalkan ke publik oleh Wage Rudolf Supratman bersama band nya Black and White pada tahun 1920. Peristiwa ini menjadi resmi pertama kali musik jazz dimainkan di Nusantara oleh pribumi asli. Semenjak saat itu jazz menjadi hal baru dan semakin populer di Nusantara.

Jazz yang saat ini menjadi sangat beragam memiliki cita rasa yang khas di telinga masyarakat. Nada-nada dan harmoni yang terkesan “miring”, irama ritmik yang dinilai ganjil dan pendengar yang “eksklusif” atau masih juga terbatas. Paradigma ini masih umum terjadi di masyarakat Indonesia.

Tidak ada yang salah dengan kesan di masyarakat yang terjadi begitu saja karena berbagai macam faktor. Namun hal yang terjadi diantara segala keterbatasan dan “keanehan” kesan di masyarakat malah membuat jazz sebagai bagian dari kehidupan oleh segelintir orang.

Sebagian orang mendengarkan jazz adalah sebuah “ritual” di pagi, siang, atau malam hari. Sebagian malah memainkan musik jazz melalui nyanyian atau melalui instrument musik di suatu waktu tertentu.

Hal yang unik terjadi dalam paradoks musik jazz di Indonesia. Ini tidak hanya terjadi pada Sebagian masyarakat dengan usia yang terbilang senior, namun juga usia yang masih remaja sudah melakukan hal ini. Jazz menjadi sebuah gaya dalam kehidupan mereka, baik mendengarkan atau memainkan, secara sadar maupun tidak sadar.

 

Komentar