Musik di Nusantara ini beragam macamnya baik yang berupa ritmis dan
melodis. Ada musik yang banyak dimainkan dengan alat musik perkusi juga ada
yang dimainkan dengan alat musik melodis serta musik yang hanya dinyanyikan
saja dengan vokal baik individual atau kelompok.
Apabila kita cermati, musik di nusantara ini bersifat tradisi,
emosional dan mistis. Mengapa? Ya karena hampir semua musik yang ada di
Nusantara ini digunakan atau dilahirkan dari penyembahan baik kepada nenek
moyang maupun kepercayaan dewa-dewa. Contoh saja angklung yang terlahir dari
upacara sebagai tanda terima kasih Dewi Padi yang secara beratus tahun
dimainkan dan diulang hingga menjadi kebudayaan. Kebudayaan yang tak tahu apa
tujuan asalnya dimainkan angklung.
Dalam artikel ini kita tidak banyak membahas tentang ragam musik
Nusantara, namun kita akan membahas tentang apa selera musik kebanyakan
masyarakat di negeri ini.
Kesukaan musik di negeri ini sangat dominan, kalau tidak mendayu
menyayat perasaan ya suka yang terlihat ber-skill
tingkat tinggi. Mengapa? itulah budaya, kebanyakan dari penyuka jenis-jenis
musik ini tidak tahu mengapa mereka menyukainya atau hanya mengikuti
lingkungan, teman-teman, saudara bahkan orang tuanya.
Kesukaan seperti ini terjadi turun-temurun hingga beberapa generasi.
Penyebabnya banyak yang tidak tahu, padahal sebetulnya yang paling mendekati
adalah faktor kesamaan budaya. Budaya kita yang suka akan hal-hal “lebay”
seperti debus, kuda lumping atau kepercayaan yang sangat kuat terhadap Sang
Hyang. Mohon maaf dalam tulisan ini penulis tidak bermaksud untuk
mendiskreditkan suatu golongan apapun, penulis hanya berusaha memberikan
sedikit pemaparan secara ilmiah tentang selera musik di Nusantara ini.
Menurut Levo-Henriksson: kebudayaan meliputi semua aspek kehidupan
kita setiap hari, terutama pandangan hidup apapun bentuknya baik itu mitos
maupun sistem nilai dalam masyarakat. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman
Soemardi: Kebudayaan adalah sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide yang
ada dalam pikiran manusia dalam pengalaman sehari-hari yang sifatnya abstrak.
Kedua teori menurut para ahli
tersebut cukup memberi alasan mengapa masyarakat di Nusantara ini menyukai
musik yang mendayu atau cenderung ber-skill tingkat tinggi, gahar, kasar atau
serampangan. Ini berkaitan erat dengan kebisaaan, kebudayaan yang secara tidak
sadar ada dalam diri masyarakatnya seperti disebutkan di atas yaitu kebisaaan
keturunan yang menyukai hal “lebay” seperti menelan paku, berjalan di atas
beling dan bara api, kuda lumping, benjang atau kepercayaan akan Nyi Roro kidul
yang secara bergenerasi dibuat, diturunkan dan dikembangkan tanpa mengetahui
alasan jelasnya.
Itu sebabnya mengapa masyarakat Nusantara ini menyukai misalnya
permainan gitar seorang gitaris dunia yang terkesan ber-skill murudul tanpa bisa menjelaskan mengapa,
dan tanpa bisa menjelaskan bagaimana supaya adiknya, rekannya atau saudaranya untuk
memainkan hal yang sama. Maka dari itu belajarlah sedikit-demi sedikit teori
musik juga sejarahnya agar kita bisa menyebarkan apa yang kita bisa pada
masyarakat lebih banyak lagi supaya bangsa ini jauh lebih maju. Coba untuk
mengganti kesukaan Anda agar selera berubah menjadi lebih baik.

.jpg)
Komentar
Posting Komentar